Menteri Pariwisata Ajak Perwakilan RI Jadikan Pariwisata "Leading Sector"

By Admin

nusakini.com--Perwakilan RI berperan penting dalam promosi pariwisata Indonesia di luar negeri melalui branding, advertising dan selling. Menteri Pariwisata, Arif Yahya menegaskan hal ini di hadapan peserta Pelatihan Diklat Fungsional Berjenjang Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri (Sesparlu) Angkatan ke-59,kemarin.

Menteri Yahya menambahkan pentingnya promosi pariwisata Indonesia sebagai leading sector penghasil devisa terbesar negara. 

“Sesuai Rencana Kerja Pemerintah tahun 2018, pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang bisa menjadi yang terbaik dan terbesar sebagai penghasil devisa negara," ungkapnya. 

Pariwisata merupakan core economy Indonesia. Pada tahun 2017 menurut World Economic Forum, branding “Wonderful Indonesia" menempati raking 47 branding dunia, sementara Malaysia Truly Asia menempati ranking 96 dan Amazing Thailand di ranking 83. 

“Tiap negara harus miliki sektor unggulan dan wajib mengalokasikan sumber daya dan anggaran untuk hal tersebut, termasuk dalam menangkap arah masa depan. Siapa yang memenangkan masa depan membuat persaingan tidak relevan dan memenangkan peperangan tanpa peperangan," demikian menurut Menteri Yahya yang pada kesempatan itu didampingi Kepala Pusdiklat Kemlu, Yayan G.H. Mulyana dan Direktur Sesparlu, June Kuncoro Hadiningrat. 

Dalam menangkap arah masa depan, strategi pemasaran perlu berorientasi ke pasar, (competitive strategy) serta berorientasi pada keunikan yg kita miliki (comparative strategy). Untuk itu, Menteri Yahya juga mengajak peserta Sesparlu untuk mengenal dunia dan mengenal kondisi internal domestik Indonesia untuk memenangkan pertarungan. 

Target pertumbuhan domestik harus lebih besar dari pertumbuhan regional. Menteri Yahya mengutarakan bahwa dalam implementasi strategi pemasaran, perlu diperhatikan destinasi pariwisata, negara asal turis, dan waktu yang tepat untuk melakukan promosi. 

Deregulasi menurutnya adalah kunci, karena banyaknya peraturan, membuat gerak pariwisata menjadi lambat. “Oleh karena itu, kita perlu belajar dari upaya deregulasi yang dilakukan negara tetangga seperti Vietnam untuk meningkatkan pariwisatanya," ajak Menteri Yahya. 

Kemudahan masuk ke Indonesia, kenyamanan melakukan bisnis di Indonesia, free visa, penyederhanaan peraturan, dan pemangkasan birokrasi merupakan langkah konkrit yang perlu dikerjakan. 

Upaya ini perlu didukung oleh infrastruktur memadai seperti penyediaan low cost carrier terminal untuk menjangkau lebih banyak turis asing ke berbagai pelosok Indonesia. Indonesia juga perlu terus menerus melakukan kalibrasi, self confidence dan mempertahankan kredibilitasnya dalam mendukung promosi pariwisatanya. (p/ab)